Tahun 2022 lalu, saya terlibat dalam pembuatan buku Panduan untuk orang tua jenjang PAUD untuk Penanaman Profil Pelajar Pancasila. Kebetulan saya dan tim mendapatkan dimensi Nalar Kritis. Saya coba tuangkan sedikit apa yang saya dan tim tulis tentang nalar kritis ini. Oya, bukunya bisa didapatkan gratis ya.
Apa yang dimaksud dengan nalar kritis? Nalar kritis meliputi kemampuan berfikir secara jernih dan rasional. Tujuan bernalar kritis adalah memahami hubungan logis antara satu ide dengan ide yang lainnya. Misalnya ketika anak memegang telur, anak memahami bahwa telur itu rentan. Apa yang terjadi jika telur itu jatuh ke lantai atau dipukul dengan benda keras? apa yang terjadi jika telur jatuh di kasur busa? ini adalah analisis atau sebuah konsep. Lebih jauh lagi, apabila kita sebagai orang tua membantu anak dalam menemukan cara bagaimana melindungi telur agar tidak mudan pecah, inilah yang di sebut dengan sintesa.
Bernalar kritis penting bagi anak agar anak dapat memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang mereka temui dalam hidupnya. Penting sekali menumbuhkan bernalar kritis hendaknya dimulai sedini mungkin. Pada dasarnya, anak usia dini secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang akan mendorong anak untuk melakukan pengamatan dan percobaan. Mereka bisa menarik pelajaran dari apa saya yang telah dialaminya.
Apa sebenarnya peran orang tua dalam menumbuhkan nalar kritis anak?
Kita sebagai orang tua bisa dengan menghargai pendapat anak dengan memberikan apresiasi berupa peujian setelah ia berhasil menemukan jawaban atas setiap pertanyaannya. Kita bisa mengajak anak untuk mencari alternatif solusi lain atas masalah yang sama. Berfikir kritis artinya, perlu melihat berbagai perspektif kemudian mengolahnya dan solusi dari masalah itu bisa beragam. Kita ajarkan anak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (kita perlu mengajarkan anak problem solving)
Kita bisa mulai membiasakan anak mencari sumber informasi sebanyak mungkin dan membandingkan informasi dari saru sumber dengan sumber lain. Kita ciptakan suasana agar anak tidak takut untuk melakukan kesalahan. Karena dari kesalahan itu, anak akan belajar. Kita bisa membantu anak untuk mengevaluasi informasi, apakah informasi tersebut benar/salah, penting/tidak penting atau bisa dipercaya/tidak.
Share This :
0 komentar