Saya adalah seorang ibu dari dua orang anak, pegiat perlindungan anak
dan hobi masak buat jualan. Sehari-hari mengurus rumah tangga, usaha rumah les
dan menjadi volunteer di sebuah NGO serta tergabung sebagai salah satu pengurus
Sidina Community sebagai Koordinator Tim Korwil.
Bagaimana awalnya tergabung di Sidina Community?
Tanggal 21 April 2021 memutuskan gabung Sidina Community
karena melihat postingan teman di FB pas mengisi event di Sidina. Tertarik,
lalu tanya beliau dan akhirnya diberi form pendaftaran member. Saat itu
mikirnya hanya butuh teman dan komunitas supaya tidak sepi karena merasa diri
kurang kegiatan setelah resign dari kantor.
Dampak apa yang dirasakan sejak gabung di Sidina Community?
Merasa diri lebih berharga, berdaya walaupun sudah bukan seorang wanita karier lagi. Punya banyak teman sefrekuensi bahkan ada yang rasanya seperti saudara sendiri. Hidup lebih berwarna karena bisa ikut berbagai macam kegiatan baik offline maupun online, menambah wawasan pengetahuan di bidang pendidikan, pengembangan diri dan wirausaha serta menambah relasi. Tidak merasa kesepian lagi karena setiap hari selalu ada hal bermanfaat yang dilakukan. Untuk masyarakat, karena seringnya pakai kaos Merdeka Belajar, banyak ortu yang berdiskusi tentang dunia pendidikan dan menjadikan itu kesempatan yang bagus untuk mengedukasi mereka tentang kebijakan pemerintah dan hal positif lainnya terkait peran ortu untuk membuat kualitas pendidikan jadi lebih baik, tentu saja bersinergi dengan pihak lain.
Bagaimana perasaan menjadi salah satu Fasilitator Teraktif di 2023?
Sebagai fasilitator teraktif, jujur tidak mengira sama
sekali karena saat itu memang banyak permintaan sosialisasi baik di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Dan kerena tempat-tempat itu memang audiensnya butuh diedukasi, ya
sudah berangkat saja. Tidak terpikir sama sekali bahwa RTL Sosialisasi itu bisa
menghasilkan poin dan dampaknya dapat hadiah jam. Senang saja, tapi tujuan
utama bukan itu. Tujuan utamanya kan bagaimana bisa berbagi dengan masyarakat
supaya makin banyak pihak paham tentang kebijakan pemerintah saat ini. Aku bukan
tipe org yang melakukan sesuatu karena ada reward, tapi aku melakukan sesuatu karena itu passion dan panggilan.
Topik apa yang biasa dibawakan ketika RTL sosialisasi?
Biasanya kalau sosialisasi bawain Profil Pelajar Pancasila dan 3 Dosa Besar Pendidikan. Kenapa mayoritas itu? Karena di Yogyakarta ada banyak fasilitator dan kami sepakat untuk saling berbagi RTL (Rencana Tindak Lanjut), saling support satu sama lain entah mendampingi sebagai moderator, clicker atau sekedar menemani dalam perjalanan. Sehingga selama ada fasilitator lain yang bisa membawakan materi selain Profil Pelajar Pancasila dan 3DB, itu akan kuserahkan ke fasilitator lain supaya punya kesempatan yang sama untuk tampil dan berdaya bagi masyarakat. Kami di Yogyakarta mempunyai prinsip, persahabatan kami bisa seperti persaudaraan, ketemu di Sidina, jadi saudara karena Sidina.
Suka duka apa yang dirasakan selama RTL Sosialisasi?
Suka duka sosialisasi tentu saja ada. Pernah terlambat mengejar kereta ke Solo krn harus nganter anak ke sekolah dulu dan terjebak macet. Akhirnya mundur naik kereta berikutnya. Untung pihak penyelenggara paham dan bisa memaklumi alasan keterlambatan. Dan ketinggalan kereta ini gak cuma sekali, bberapa kali, dengan selisih 1-2 menit saja dan sudah dibelain lari kenceng 🤣. Pernah juga tidak dianggap oleh audiens, dianggap sok tahu dan diberikan pertanyaan yang tujuannya hanya untuk memancing kita apakah paham benar dengan yang kita sampaikan. Kalau aku sih, selama kita menguasai materi, ga perlu takut menghadapi audiens. Pernah juga ada audiens yang frontal menolak mentah-mentah kebijakan pemerintah tapi aku senyumin saja dan tetap kutanggapi adem. Biasanya dukanya tidak terlalu berasa. Lebih bnyak merasa sukanya. Bisa jalan-jalan sambil sosialisasi, membangun jejaring dan banyak mendapat inspirasi dari orang-orang yang kita temui.
Pendapat ketika masih banyak orang tua yang menganggap
pendidikan kurang penting karena berbagai faktor dan banyak yg lebih memilih
menikahkan anaknya di usia sekolah?
Aku termasuk yang berpendapat bahwa pendidikan itu sangatlah
penting. Jika harus memilih antara harta atau pendidikan, aku jelas memilih
pendidikan karena kalau kita berpendidikan, kita tetap akan bisa menghasilkan
uang. Pendidikan juga bisa menjadi jalan untuk membuka pola pikir orang supaya
bisa lebih visioner dan berjuang untuk masa depan lebih maju, termasuk untuk
para wanita. Saat ini banyak kok wanita yang berpendidikan tinggi tapi mereka
juga tetap mengurus keluarga dengan baik, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Masalah biaya, jaman sekarang ada banyak cara menempuh pendidikan, apalagi
ditunjang dengan kemajuan teknologi, sudah tidak jaman ortu melarang anak-anak gadis untuk mencapai cita2 mereka. Wanita bisa menjadi rekan pria dalam banyak
hal tanpa melupakan kodrat mereka. Jadi sebaiknya, hak untuk memperoleh
pendidikan tidak boleh dibedakan berdasarkan gender. Jaman sudah berubah. Berbicara
tentang nasib, aku tipe yang punya prinsip, takdir tidak bisa dirubah tapi
nasib masih bisa kita ubah. Takdir bahwa kita terlahir sebagai wanita itu tidak
bisa ditolak, tapi kita bisa mengusahakan banyak hal untukk merubah nasib kita
jadi lebih baik. Kuncinya di kemauan, mau atau tidak, masalah skill untuk mencapainya, itu semua bisa dilatih. Tapi kemauan untuk merubah nasib itu harus
datang dari diri kita sndiri.
Pesan Ibu Hana untuk orang tua di Indonesia terkait pendidikan?
Jadilah orang tua yang tidak pernah lelah untuk selalu
belajar dalam membersamai anak. Investasi terbaik akan dirasakan seorang anak
ketika mereka tahu bahwa ortunya memberikan support terbaik dalam hidup mereka,
terutama dalam hal pendidikan. Bekal ilmu itu sangat berharga, jadi jangan
menghalangi hak anak untuk memperoleh pendidikan. Tentu saja semua itu diiringi
dengan pendidikan agama dan budi pekerti yang baik. Ketika anak tumbuh maksimal
di dalamnya, maka itupun akan menjadi kebahagiaan dan kepuasan besar bagi para
orang tua ketika melihat anak mereka berhasil.
Terima kasih Ibu Hana ngobrol-ngobrolnya, semoga terus semangat menebar manfaat. Salam #IbuPenggerak
Setuju dengan poinnya. Investasi terbaik untuk anak adalah pendidikan. Semakin tinggi wawasan seseorang, semakin mampu untuk bersaing dan survive.
BalasHapusSetuju sekali sama kak Hana, sepemikiran sama ortuku yg getol nyekolahin aku mpe bs S1 padahal beliau tdk ada yg lulus SD dan abah kerja serabutan tp beliau punya prinsip bahwa pendidikan yg akan membuat kami anak2 beliau bisa lebih baik dr pd beliau dr segi penghidupan. terima kasih telah menginspirasi melalui tulisan ini
Hapus