Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah
pendidikan yang memerdekakan. Tujuan dari Pendidikan
adalah kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang bisa memilih menjadi apa saja,
dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain.
Ki Hajar Dewantara,
memperkenalkan Merdeka Belajar agar anak merdeka batinnya, pikirannya, dan
raganya untuk mengembangkan potensi diri. Kebijakan
merdeka belajar bisa membangun kemauan belajar dari murid,
guru, orang tua, kepala sekolah, dan manajemen pendidikan. Merdeka
belajar adalah belajar secara menyeluruh, secara holistik, satu sama lain
saling mengisi serta dibutuhkan suasana belajar yang dimana peserta didik
berhak berinovasi dari sisi manapun.
Merdeka Belajar merupakan permulaan dari gagasan untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional yang terkesan monoton dan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia bagi siswa. Saat ini, peran guru dan sekolah lebih sebagai fasilitator pendidikan untuk memfasilitasi Merdeka Belajar dari anak didiknya. Layanan pendidikan berbasis daring muncul di mana-mana. Akses pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai sumber. Konsep merdeka belajar dapat diartikan bahwa pendidikan dapat dilakukan dalam beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas, namun dapat diciptakan proses pembelajaran yang tak terbatas oleh ruang dan waktu, termasuk di rumah.
Kolaborasi harus dilakukan, tidak hanya menjadi tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan utama dan utama adalah di keluarga. Pemangku kepentingan pendidikan seperti guru, kepala sekolah dan masyarakat luas termasuk siswa menjadi agen perubahan serta memberikan pengaruh dan dukungan sepenuhnya. Pembelajaran harus berorientasi pada anak. Ada tiga indikator yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan merdeka belajar, yaitu sekolahkan anak Indonesia yang dicerminkan dalam angka partisipasi sekolah yang tinggi, dorong pembelajaran siswa dengan memastikan pendidikan berkualitas (memiliki pengetahuan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, hasil penelitian berkualitas tinggi dan lebih dari 90% tingkat penempatan kerja), dan yang terakhir tidak ada anak yang tertinggal atau distribusi merata baik secara geografis maupun status sosial ekonomi.
Mendampingi
anak belajar di rumah, orang tua juga menghadapi tantangan yang tidak sedikit,
karena orang tua juga tetap harus mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Perlu diingat bahwa orangtua di rumah bukan untuk
menggantikan semua peran guru di sekolah. Orang tua harus membantu menumbuhkan
pola pikir kritis pada anak-anaknya yang menjadi kebutuhan sangat utama dan
tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut dapat dimulai dari rumah dengan
membudayakan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. Tanpa dukungan dan kerjasama orang tua, proses
pembelajaran tidak maksimal, karena orang tua adalah orang yang banyak membantu
proses pembelajaran di rumah dan mengetahui profil anak.
Referensi : Kemdikbudristek
0 komentar