Bulan lalu saya mengisi Kulwap untuk Lotte Chocopie, mereka mempunyai komunitas yang keren banget dimana rutin diadakan kulwap, boleh daftar disini ya bu https://lottechocopieindonesia.com/ dimana ibu bisa mendapatkan poin yang bisa di konversi menjadi hadiah. Seru banget!
Bulan lalu tema yang saya bawakan adalah Empower Wanita : Berkarya, Berdaya dan Berbahagia. Berikut beberapa pertanyaan yang terpilih dan saya coba jawab, cekidot!
- Saat ini masih banyak sekali seorang pria yg menganggap wanita itu lemah dan tidak sekuat atau sepintar pria. Bagaimana cara kita menguatkan mental diri agar tidak mudah menyerah atau putus asa dari statement para pria diatas? Menguatkan mental perlu diimbangi dengan upaya terus menerus belajar mengasah kemampuan diri. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri membuat mental menjadi lebih siap. Mengasah kemampuan diri bisa dilakukan dengan banyak cara seperti kursus skill baik free maupun berbayar, berkomunitas yang sesuai dengan minat untuk meningkatkan wawasan dan mendapatkan support system. Jangan lupa juga untuk mencintai diri dengan menjaga kesehatan seperti olahraga. Olahraga terbukti bisa melancarkan peredaran darah dan metabolisme tubuh. Tubuh yang fit akan berpengaruh terhadap kondisi mental. Menulis jurnal harian dan jurnal syukur bisa cona juga dilakukan dan jika sudah dirasa menggangu, moms bisa meminta bantuan profesional.
- Bagaimana kita sebagai istri tetap bisa berkarir dan mengurus rumah tangga tanpa menyakiti perasaan pasangan kita apabila karir kita lebih menonjol dibanding dengan karir pasangan? Menurut pendapat saya adalah dengan memberikan kualitas semaksimal mungkin dalam mengurus rumah tangga. Pisahkan urusan pekerjaan dan rumah tangga ketika sedang dirumah, hadir utuh/mindful karena dirumah peran kita adalah seorang istri dan ibu. Tetap menghormati suami sebagai pemimpin rumah tangga dan mintalah bantuan padanya, karena pada dasarnya laki-laki senang merasa dibutuhkan. Sering berkomunikasi dan menekankan bahwa dalam rumah tangga adalah team, sehingga jika saat ini rezeki melalui istri lebih banyak, maka artinya itu merupakan rezeki keluarga bersama.
- Bagaimana memberikan edukasi yang baik, tentang kesetaraan gender kepada mereka yang terlanjur menjalankan konsep patriarki dalam rumah tangga? Agar tidak terkesan menggurui apalagi dianggap sok tau dan tidak sopan. Keseteraan gender ini penting untuk dipelajari, agar antara anak laki-laki dan perempuan bisa setara dalam menggapai cita-cita. Untuk memberikan edukasi, memang harus dilakukan dengan hati-hati, karena khawatir akan menimbulkan salah persepsi. Yang bisa coba dilakukan adalah merekomendasikan komunitas yang bisa diikuti oleh wanita yang menjunjung tinggi kesetaraan gender. Komunitas yang memungkinkan wanita untuk bisa berdaya dan mengembangkan dirinya. Selain itu, kita bisa menjadi contoh nyata dalam mempraktekkan konsep kesetaraan gender. Kita bisa menanamkan konsep inipada anak sejak dini, karena orang tua sebagai tempat pendidikan pertama memainkan peranan yang sangat penting. Diharapkan anak anak mampu menghargai dan menghormati orang lain dengan meneladani orang tuanya. Misalnya, contohnya bahwa pekerjaan rumah tangga tidak seharusnya di kotak-kotakkan. Kitalah yang harus mengambil peran dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan bisa dengan memperbanyak konten tentang praktik baik kesetaraan gender di internet/sosial media.
- Dalam dunia kerja terkadang banyak banget omongan omongan yang membuat kita berbeda pendapat dan menjadi tidak nyaman karna persaingan pekerja / usaha pasti ada aja orang orang yang di sekitar kita yang tidak suka dengan kita yang lebih baik. Apa lagi atasan / teman seperjuangan ada aja yg Toxic, kadang membuat kita menjadi ga betah dan merasa sudah tidak nyaman di zona itu. Tapi bagaimana menyikapi atasan yang Toxic agar kita bisa nyaman saat bekerja? Padahal menurut saya, saya sudah bekerja dengan baik dan selalu patuh akan peraturan perusahaan. Menurut saya pertama tanya ke diri dulu sejauh mana kita bisa mentolelir bentuk toxic nya dengan membuat pro dan cons jika kita tetap kerja disana atau resign. Ketika pro nya lebih banyak, maka coba komunikasikan dengan atasan anda yang toxic tersebut dengan meminta waktu khusus untuk ngobrol empat mata. Biasanya orang yang toxic, mereka memiliki masalah dalam dirinya dan coba berempati terhadap kondisinya. fokus pada pekerjaan dan dapatkan grup support yang mungkin mendapatkan perlakuan yang sama dari atasan. cari sisi positif dalam bekerja dan tunjukkan prestasi. Namun jika dirasa toxic nya sudah menggangu mental dan yakin bisa mendapatkan tempat kerja yang lebih nyaman, mulailah mencari alternatif untuk resign.
- Saya adalah salah satu ibu,yang tertutup dengan tetangga,saat saya mengetahui lingkungan sekitar saya orang nya banyak yang usil,jangan kan sama yang berbeda agama,sama yang satu agama pun,suka mencari kesalahan dan tidak menghargai orang lain, pertanyaan nya "apa kah saya salah,membatasi keluarga,dengan berdiam diri saja di rumah,karena sikon nya seperti itu? terimakasih. Menurut saya bagaimanapun tetangga adalah orang terdekat yang akan kita butuhkan khususnya dalam kondisi emergency. Jadi yang bisa saya sarankan adalah dengan tetap berbuat baik kepada mereka, ketika tidak mendapatkan balasan sesuai yang diharapkan maka tetap bersabar dan mendoakan. Tetap ikut kumpul di moment-moment tertentu dan coba untuk memahami sudut pandang mereka. Ketika sudah ada komunikasi, perlahan bisa memberikan edukasi tanpa menggurui. Contohkan dengan menyibukkan diri untuk terus memperbaiki diri dan upgrade kemampuan, sehingga tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal yang negatif apalagi yang sampai merugikan orang lain.
- Setuju banget sama artikelnya toleransi sangat penting untuk hidup baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga , yang ingin saya tanyakan sejak anak usia berapa di kenalkan dengan sikap toleransi dan bagaimana cara untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam diri anak? Mengajarkan toleransi bisa dimulai sedini mungkin pada anak dan jadilah teladan bagi anak karena children see children do. Tanamkan pada anak bahwa beda itu biasa dan tidak apa-apa. Ajak anak menghormati keberagaman, berfikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, tetapi tetap berpegang kuat pada nilai-nilai luhur bangsa. Berikan anak pilihan sejak dini misalnya anak menyukai makanan atau pakaian tertentu. Dengan cara ini, ia tidak akan mengolok-olok teman yang punya perbedaan kesukaan dengannya. Ia akan menghargai perbedaan itu dan mencari cara untuk menjembataninya. Hal lain adalah ajak menghargai kepercayaan, budaya, dan tradisi orang lain, contohnya menjaga ketenangan saat orang lain menjalankan ibadah. Ajarkan anak untukBerteman dengan siapa saja dan memperlakukan teman dengan baik dan adil tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras dan golongan. Menyaksikan pawai budaya, melestarikan budaya bangsa, contohnya membiasakan diri menggunakan bahasa daerah dan mempelajari budaya lain, misalnya lagu dan tarian daerah lain atau belajar bahasa asing. Referensi video mengajarkan toleransi pada anak Adit Sopo Jarwo Episode Perbedaan Menciptakan Kebersamaan https://www.youtube.com/watch?v=bA3euzYAI8U&a b_channel=CerdasBerkarakterKemdikbudRI null
- Kebebasan berekspresi perempuan memang tidak terlepas dari sikap toleransi, karena pada dasarnya ada hak dan tanggung jawab terhadap orang lain. Pertanyaan: bagaimana cara menyikapi kebebasan berekspresi kita sebagai perempuan di media sosial agar tidak menimbulkan hujatan atau rasa tidak suka orang lain terhadap kita? Pendapat saya adalah kita harus bisa mulai memilih dan mengontrol apa yang akan disampaikan di sosial media karena sekali terpublish, maka akan susah ditarik kembali lagi. Tanyakan terlebih dahulu, apakah hal ini berguna? Hanya sampaikan sesuatu yg berdasarkan fakta, bukan opini..kalaupun opini, pastikan ada dasar ilmu dalam memberikan opini. Kebebasan berekspresi kita selalu disertai dengan hak orang lain didalamnya. Jangan memancing sesuatu yang kita tidak siap konsekuensinya. Begitupun ketika melihat postingan orang lain, apabila kita kebanyakan memberikan pendapat pribadi dan analisis tidak berdasar, makan itu jadinya provokasi. Stop komen negatif dengan 5 mins rules kalau untuk pendidikan dasar..kalau dia tidak bisa merubah perilaku atau penampilan tsb dalam 5 menit, maka kita tidak ada hak untuk mengkritik yang bersangkutan.
- Di zaman sekarang masih terdapat orang yang belum paham betul akan arti dari tolerasi. Pertanyaanya, bagaimana cara kita menghadapi orang-orang yang seperti itu? Terlebih jika orang itu sesama wanita? Terimakasih. Pertama-tama jika kita tidak menganggap dia bertoleransi kepada kita, apa jangan2 kita yg tidak bertoleransi kepada dia? Jika pun kita rasa kita sudah mentolerir yang bersangkutan, sampai mana ambang batas toleransi kita? Apa jangan2 kita yang ambang batas toleransinya sempit? Mungkin ini bisa jadi bahan renungan dahulu untuk kita. Pada dasarnya toleransi ada ketika kita merasa kita benar dan kita merasa bahwa yang kita anggap benar harus diterapkan. Jika kita merasa bahwa memakai sepatu adalah hal benar dan memakai sendal jepit adalah hal yang salah di acara keluara, maka kita tidak akan mentoleransi orang yang pakai sendal jepit ke acara keluarga. Tapi secara ilmu, sendal jepit bisa menjadi resmi jika dia tidak terbuat dari karet? Jika dia terbuat dari bahan yang baik dengan desain yang sopan dan elegan, maka seharusnya sah-sah saja memakai sendal jepit ke acara keluarga, selama sendal jepitnya bukan sendal jepit yg karet dengan desain untuk 'ke kamar mandi'. Dari contoh di atas, maka yg bisa kita lakukan untuk memperluas ambang batas toleransi kita, maupun memberikan saran kepada orang lain untuk memperluas ambang batas toleransi nya adalah dengan memperluas perspektif, memperbanyak baca/menonton tentang berita yg terjadi (tidak hanya dari 1 sumber saja atau tidak hanya 1 jenis berita saja), dan perbanyak membaca/menonton yang informasi nya berdasarkan ilmu (teori jelas), fakta dan data (sesuatu yg bisa di konfirmasi dan kemanapun kita konfirmasi, informasinya selalu sama dan tidak berubah), ubah pola pikir dan sadari setiap orang berbeda karena latar belakang yang berbeda. Kita bisa saja tidak setuju dengan orang lain, tetapi kita tetap harus bisa berinteraksi dengan dia. Jika sampai terjadi konflik, jangan terpancing untuk melakukan tindakan negatif dan tetap berbuat baik dan jangan terpancing atas tindakan provokasi. Berpikirlah lebih jernih agar kita bisa menilai dan menyelesaikan setiap masalah dengan objektif.
- Saya ingin bertanya, bagaimana meningkatkan peluang untuk perempuan yang kesehariannya hanya dirumah dan menjadi IRT? Dan bagaimana menyikapi jika kita sebagai perempuan tidak didukung oleh keluarga maupun lingkungan sekitar untuk meningkatkan peluang dan mengembangkan potensi yang kita miliki? Menurut saya yang pertama harus dilakukan adalah merubah mindset. Mindset bahwa setiap wanita berhak untuk berdaya. Berdaya tidak melulu dikaitkan dengan finansial/bisa menghasilkan secara materi. Ketika wanita mempunyai pilihan untuk terus mengambangkan dirinya sesuai potensinya, maka sudah bisa disebut berdaya. Yang bisa kita lakukan adalah dengan terus mengupgrade kemampuan diri meskipun dari rumah. saat ini banyak kelas-kelas yang diadakan secara online, baik free/berbayar. Pilihlah kelas-kelas yang sesuai dengan minat kita, sehingga kita akan senang menjalaninya. Bergabunglah dengan komunitas yang mendukung pengembangan diri dan carilah peluang dengan banyak bertanya. saat ini banyak peluang pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah, seperti konten kreator, virtual assistant, affiliate, jualan online, blogger, design grafis, penerjemah dan masih banyak lagi asalah kita mau membuka diri dan terus belajar.
- Setelah membaca artikel tersebut ada beberapa yang mungkin sudah diterapkan oleh pihak pemerintah namun memang wanita sendiri lagi-lagi terkadang mendapat kendala. Apa saja hambatan utama yang dihadapi perempuan dalam mengakses peluang yang setara di bidang pekerjaan, pendidikan, dan kepemimpinan? Bagaimana strategi dapat dirancang untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut? Hambatan utama adalah budaya yang terlanjur lama melekat dan hal itu bisa kita ubah dimulai dari merubah mindset kita sendiri. Pendidikan bisa memutus rantai ketidaksetaraan gender, karena biasanya karena keterbatasan ekonomi orang tua cenderung akan menikahkan anaknya meskipun belum cukup umur, akhirnya anak perempuan akan menganggung beban domestik karena ketidakberdayaan. Menikah dan memiliki anak di usia dini dan diperparah dengan kondisi suami yang juga belum siap, akan banyak menimbulkan masalah. Dengan pendidikan wanita akan mempunyai banyak pilihan dan mengembangkan kemampuan nalar kritisnya. Mereka akan bisa memahami hak dan bagaimana mengembangkan potensinya sehingga bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik. Wanita pun bisa menjadi agent of change, saya masih percaya dengan ungkapan bahwa pendidikan masih merupakan senjata ampun untuk memutus rantai kemiskinan. Semangat
- Hai mom saya ibu dari 2 anak, yang satu umur 7 tahun sudah sedikit mandiri, yang kedua umur 2 tahun masih dalam pengawasan orang tua, tidak ada pengasuh. Saya ingin sekali mengembangkan diri saya supaya lebih produktif, namun waktu terasa cepat dengan aktivitas rumah yang tiba-tiba banyak harus diselesaikan. Bagaimana mempunyai waktu untuk diri sendiri untuk belajar, menambah ilmu, mengembangkan diri ? Terimakasih Mom. Pertama tentukan dulu tujuan besar kita. Ingin lebih produktif definisinya seperti apa? Usahakan hal tersebut memang menjadi minat dan kita mempunyai skill disana. Terus asah skill tersebut dan bergabung dengan komunitas untuk mendapatkan support sistem dan informasi peluang. Tentunya dengan anak yang masih kecil tanpa pengasuh, memerlukan manajemen waktu dan energi yang baik. Atur prioritas, buat to do list dan delegasikan pekerjaan yang bisa dialihkan, jangan menuntut kesempurnaan dan pilih konsekuensi yang sanggup diterima. Gunakan berbagai teknik manajemen waktu, seperti heatmap (mengalokasikan energi sesuai dengan jam produktif kita, misalnya ketika energi kita full di pagi hari maka pilihlah pekerjaan prioritas yang membutuhkan konsentrasi tinggi, dan alokasikan pekerjaan rutinitas di waktu yang tidak membutuhkan energi tinggi), teknik podomoro (20 fokus bekerja 5 menit break), membagi pekerjaan dengan Eishenhower Matrix yaitu membagi pekerjaan ke dalam penting dan urgent, penting tidak urgent, tidak penting urgent dan tidak penting dan tidak urgent. Mulailah hari dengan memiliki to to list sehingga meminimalisir distraksi, mulai pagi dengan 20 menit untuk berolahraga, 20 menit untuk meditasi/jurnaling/ibadah dan 20 menit untuk belajar (baca buku, nonton podcast, kursus online dll)
- Jika ada seorang perempuan yang sudah menikah ingin berkarir namun terhalang oleh izin suami, bukan karena si suami tidak paham arti kesetaraan atau persamaan hak antara laki2 dan perempuan, tapi karena ke egoisan dari si suami yang takut jika harga dirinya menjadi turun jika karier si istri lebih baik dari si suami, karena merasa istrinya pintar dan dapat menjadi seseorang yang baik kariernya nantinya. Bagaimana cara mengatasi ego si suami? Sebelumnya apakah sudah di validasi apakan ini bentuk keegoisan suami terlebih dahulu. Harus di cari tau dulu apakah memang suami tidak mengizinkan kerja karena dia merasa istrinya lebih pintar dan lebih hebat karirnya dari dia dan dan dia akan cemburu atau tidak mau kalah. Tentunya hal ini perlu di komunikasikan secara asertif dengan suami dan apakah jawaban ini yg keluar darinya baik tersirat maupun terucap. Jika belum bicara secara "deep" dan dalam kondisi sama-sama tenang, sebaiknya dibicarakan secara jelas komitmen kita dan suami dalam pernikahan ini dan bagaimana posisinya. Bicara dari hati ke hati tanpa ada tendensi dan adanya prasangka/asumsi. Jika ternyata iya (memang tersirat dan terucap ketika sudah diskusi), berikut beberapa pilihannya : Nego untuk tetap berkarya, berikan perjanjian bahwa moms tidak akan pernah melawan dia atau dia tetap pemegang keputusan akhir dalam rumah tangga (pastikan bahwa posisinya tidak terancam) ATAU moms ikuti apapun mau suami (patuh terhadap permintaan untuk anda tidak bekerja atau berkarya selain di keluarga). Suami kita merupakan pilihan yg kita pilih dengan sadar. Kita harusnya siap dengan segala konsekuensi nya karena kita seharusnya sudah menerima dia.
Share This :
Pertanyaan dan jawabannya banyak yang sama dengan yang di dalam kepala saya. terima kasih buat artikelnya, jadi tahu harus belajar untuk lebih bijak lagi sbg istri dan ibu
BalasHapus