ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

Gerakan Sekolah Sehat : Pendidikan Berkualitas Melibatkan Keseimbangan Fisik dan Mental

14/06/2024

 


Pendidikan berkualitas melibatkan keseimbangan fisik dan mental, mengikuti filosofi Ki Hajar Dewantara yang mencakup cipta (pikiran), rasa (perasaan), karsa (kemauan), dan raga (fisik). Hal itu merupakan salah satu yang disampaikan dalam galar wicara Gerakan Sekolah Sehat yang bertempat di Hotel Pullman Jakarta Barat. Gerakan sekolah sehat (GSS) adalah segala upaya yang dilakukan secara bersama-sama dan terus-menerus oleh semua pihak mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah, para mitra, satuan pendidikan dan masyarakat tentang pentingnya penerapan sekolah sehat dengan berfokus pada Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa, dan Sehat Lingkungan. 

Acara ini diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemdikbudristek. Berikut beberapa poin penting yang disampaikan dalam galar wicara Gerakan Sekolah Sehat :
  • Fokus diskusi hari ini adalah kesehatan gizi dan jiwa yang bertujuan mendorong konsumsi tablet tambah darah dan pengembangan keterampilan psikososial siswa  (Xanty Iwan Syahril - Wakil Ketua 3 DWP Kemendikbudristek)

  • Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan sehat adalah kunci mencapai visi Indonesia Emas. Kesehatan merupakan fondasi utama karena tanpa itu, potensi kecerdasan dan karakter tidak dapat terwujud. Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen mendorong kerjasama untuk menciptakan ekosistem yang peduli kesehatan, demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pendidikan berkualitas melibatkan keseimbangan fisik dan mental, mengikuti filosofi Ki Hajar Dewantara yang mencakup cipta (pikiran), rasa (perasaan), karsa (kemauan), dan raga (fisik). Kampanye Sekolah Sehat, diluncurkan sejak Agustus 2022, menambahkan fokus pada kesehatan jiwa dan lingkungan untuk meningkatkan kesehatan siswa secara holistik, terutama untuk masalah kesehatan mental di SMP dan SMA, serta gizi seperti stunting, overweight, obesitas, dan anemia pada remaja putri. Sinergi antara kesehatan jiwa dan gizi dalam pendidikan diharapkan dapat diatasi melalui gotong royong (Dr. Iwan Syahril, Ph. D - Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen Kemendikbudristek) 

  • Program Sekolah Sehat merupakan salah satu program Dharma Wanita Persatuan (DWP) di bidang pendidikan, yang menjadi acuan bagi DWP di seluruh Indonesia. Program ini berkolaborasi dengan Dirjen PAUD Dasmen Kemendikbudristek, khususnya Direktorat SMP. Tujuannya adalah mendukung anak-anak dari PAUD hingga SMA agar sehat jasmani dan rohani, sejalan dengan semangat Merdeka Belajar (Teti Herawati Aminudin Aziz - Ketua 1 DWP Pusat dan Ketua DWP Kemendikbudristek)


Acara kemudian dilanjutkan dengan Talkshow yang mengangkat Tema Sehat Bergizi dan Sehat Jiwa. Moderator diskusi adalah Nucha Bakri - Moderator (CEO & Co-founder parentalk.id), dengan Narasumber Ibu Lovely Daisy (Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia), Ibu Rose Mini (Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia) serta Ibu Febry Yunita (Ketua Komite SMPN 177 Jakarta). Banyak banget hal penting yang bisa Ayah Ibu pelajari nih dari diskusi ini, berikut diantaranya :
  • Masalah utama gizi yang terjadi di Indonesia pada anak-anak sekolah, khususnya dialami oleh remaja putri. Masalah gizi terjadi di semua usia, termasuk ibu hamil dan lansia, dengan remaja Indonesia menghadapi tiga beban gizi: kekurangan zat gizi makro (kurus), kelebihan zat gizi makro (obesitas), dan kekurangan zat gizi mikro (anemia). Anemia, terutama karena kekurangan zat besi, dialami oleh hampir sepertiga remaja, berdampak pada konsentrasi dan prestasi belajar. Anemia pada remaja putri juga meningkatkan risiko saat kehamilan. Oleh karena itu, penanganan gizi mikro sejak remaja sangat penting untuk menciptakan generasi emas yang sehat.
  • Masalah pada makanan. Dulu kita mengenal empat sehat lima sempurna, namun kini kita beralih ke konsep gizi seimbang. Gizi seimbang meliputi zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral). Kekurangan zat gizi mikro banyak terjadi di masyarakat akibat pola makan yang tidak sesuai, terutama pada remaja dan ibu-ibu. Edukasi tentang gizi seimbang penting untuk memastikan makanan yang disiapkan memenuhi kebutuhan nutrisi individu. Banyak anak sekolah tidak sarapan, padahal sarapan seharusnya menyumbang 25% energi harian. Gerakan Sekolah Sehat diharapkan dapat memperbaiki kualitas makanan di kantin sekolah agar lebih sehat dan bergizi.
  • Makanan akan gizi untuk anak-anak. Pembiasaan gizi seimbang harus dimulai dari rumah, karena sarapan dan makanan utama disiapkan di rumah. Banyak anak tidak sarapan di rumah karena kurangnya penyiapan atau makanan tidak sesuai selera anak. Edukasi orang tua tentang pentingnya gizi seimbang dan diskusi dengan anak tentang makanan yang mereka suka tetapi tetap bergizi adalah kunci. Kekurangan zat gizi mikro, terutama zat besi, menyebabkan anemia yang berdampak pada konsentrasi dan prestasi belajar. Gerakan Sekolah Sehat mendorong sarapan dan konsumsi tablet tambah darah di sekolah. Tantangan utama adalah memastikan anak-anak mau mengkonsumsi tablet tambah darah, yang penting untuk kesehatan saat ini dan masa depan mereka. Edukasi dan dukungan dari guru sangat penting untuk keberhasilan program ini.
  • Permasalahan kejiwaan yang paling banyak dihadapi oleh anak sekolah terutama anak-anak SMP dan SMA. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak saat ini menghadapi era yang penuh perubahan cepat, ketidakpastian tinggi, dan kompleksitas yang meningkat, menyebabkan kecemasan, stres, dan konsentrasi terganggu, terutama bagi pengguna gadget lebih dari 3 jam sehari. Ini diperburuk oleh informasi yang mudah diakses tetapi sulit dicerna oleh mereka. Anak-anak sering merasa bingung dan ambivalen tentang diri mereka dan lingkungannya. Banyak anak mengalami cyberbullying yang tidak disadari oleh orang tua, mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri mereka. Orang tua perlu lebih proaktif dalam mengamati perubahan perilaku anak dan menyediakan dukungan emosional serta pengaturan penggunaan media digital.
  • Apa penyebab anak remaja zaman sekarang rentan mengalami permasalahan Self Esteem atau kejiwaan? self esteem anak-anak tidak berdiri sendiri, ini dibangun dari konsep diri, yaitu gambaran tentang diri mereka yang dibentuk oleh introspeksi dan umpan balik dari lingkungan. Jika anak terus-menerus dibandingkan dengan yang lain dan mendapatkan umpan balik negatif, konsep diri mereka menjadi buruk dan self-esteem turun, mengakibatkan kurangnya kepercayaan diri.
  • Di era digital, banyak anak yang tampak berani di media sosial tetapi tidak dalam interaksi langsung karena konsep diri mereka tidak baik. Orang tua dan pendidik harus fokus pada aspek positif anak, bukan hanya melihat dari prestasi akademik. Penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan di masyarakat lebih terkait dengan kemampuan interpersonal daripada prestasi akademik semata. Menurut teori Multiple Intelligences oleh Gardner, interpersonal skills sangat penting. 
  • Penting bagi orang tua untuk mengenali dan mendukung kelebihan anak sejak dini, dan tidak memaksakan pilihan mereka. Ini membantu anak mengembangkan self esteem yang baik dan percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Pemahaman dan apresiasi terhadap keunikan setiap anak, bukan sekadar angka atau ranking, akan mendukung pembentukan konsep diri yang positif dan Self Esteem yang sehat.
                                        
  • Apa saja dukungan ataupun support dari orang tua, guru, ataupun lingkungan untuk supaya anak-anak dapat mengelola emosinya dengan lebih baik? Anak-anak perlu diajarkan untuk mengenali dan menamai emosi mereka (seperti marah dan sedih) secara jelas, bukan dengan istilah yang ambigu. Ini penting agar mereka dapat memahami perbedaan antara emosi yang mereka rasakan. Selanjutnya, mereka perlu belajar mengontrol emosi mereka dengan berempati terhadap orang lain, memotivasi diri sendiri, dan menggunakan komunikasi yang efektif sebagai keterampilan hidup dasar. Keterampilan ini membantu anak untuk tidak hanya menghadapi masalah (fight), tetapi juga mencari solusi (flight) secara produktif, tanpa menggunakan jalan pintas seperti obat-obatan. Selain itu, mereka perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis masalah dan mengambil keputusan yang tepat, serta belajar berkomunikasi secara asertif untuk menyatakan perasaan dan keinginan tanpa menyakiti orang lain. Orang tua juga perlu memahami bahwa setiap anak memiliki cara unik dalam mengekspresikan diri, terutama dalam dunia yang semakin mendorong berpikir kritis. Merespons dengan empati dan memahami bahwa masalah yang kecil bagi satu anak bisa menjadi besar bagi anak lain adalah penting untuk mendukung perkembangan mereka secara positif.
  • Sebagai orang tua, penting untuk selalu ada untuk anak-anak tanpa menyalahkan mereka jika melakukan kesalahan menurut kita. Pendekatan ini membutuhkan komunikasi terbuka setiap hari, di mana kita bertanya kepada anak-anak tentang perasaan mereka, apakah mereka senang, sedih, atau ada yang menyakiti mereka. Praktik ini harus dimulai sejak usia dini karena lebih mudah untuk mengembangkan kebiasaan ini pada anak-anak kecil. Menggunakan pendekatan ini tidak bisa instan, konsistensi dalam menerapkan hal ini sangat penting. Untuk anak-anak di usia SMP atau SMA, lebih sulit jika tidak diterapkan sejak usia dini, yang sering disebut sebagai golden age. Program-program seperti ini harus direncanakan dan diimplementasikan sejak dini karena anak-anak pada usia ini lebih rentan dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk media sosial.
  • Orang tua perlu mengajarkan anak-anak untuk melihat lingkungan dengan kritis, termasuk bagaimana pengaruhnya dari media sosial. Setelah anak-anak beraktivitas, penting untuk bertanya kepada mereka tentang hari mereka, bukan menumpuk perasaan mereka, dan menghindari menilai tindakan mereka sebagai salah. Komunikasi yang terbuka dan menjadi sahabat bagi anak-anak, terutama di usia SMP, sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan mendukung.
  • Membiasakan makan makanan dari rumah berupa sayur dan buah, seperti membawa bekal dari rumah dan memberikan contoh mulai dari kebiasaan ayah dan ibu di rumah.
  • Memberikan bekal agama dan kelola emosi. Memberikan ruang pendekatan pada anak untuk dapat bercerita kepada orang tua. Pada masalah ini yang terjadi pada masalah remaja adalah bullying, orang tua harus aware dengan pendekatan selalu bertanya pada anak-anak yang terjadi pada hari itu. Harus diajarkan untuk mengetahui sisi positif dan negatifnya. Pentingnya membangun komunikasi pada guru di sekolah dan orang tua.
Nah, ayah ibu poin mana nih yang sudah diterapkan untuk anak-anak atau yang baru akan diterapkan? share yuk di kolom komentar.. 

Ayah ibu bisa nonton ulang acara ini ya disini yaa #GerakanSekolahSehat




 





 


Share This :
Susi Sukaesih

Hai semua! Pendidikan masih menjadi senjata ampuh untuk memutus rantai kemiskinan. Yuk belajar dan berbagi bersama gerakan #IbuPenggerak. Saya Susi, Ibu 2 putra. Founder Sidina Corp (Sidina Community & Sidina ID)

6 komentar

  1. Yup, sepakat. Dengan fisik dan mental sehat, kita bisa memberi pendampingan terbaik bagi anak2

    BalasHapus
  2. Saya setuju dgn pentingnya orangtua selalu ada untuk anak2nya dan tidak menyalahkan..dan baru sadar bahwa luas sekali cakupan Gerakan Sekolah Sehat..terimakasih pencerahannyq

    BalasHapus
  3. Yapss.. Di mulai dari keluarga dan pendidikan agama dari rumah.. 💖

    BalasHapus
  4. Dilema banget mbak Icus, karena anak-anak saat ini adalah pengguna gadget lebih dari 3 jam sehari, dan itu alasannya juga untuk sekolah sih ya...

    berdoa semoga ada lagi solusi untuk ke depannya


    BalasHapus
  5. lagi belajar mengelola emosi, Bun,, biar mudah juga ngajarin ke anak bagaimana mengelola emosi dengan baik dan jadi positif,,
    tapi susah Yaa Alloh,,

    BalasHapus