Menulis menjadi PR besar untuk
mereka yang jarang atau tidak pernah menulis, padahal bukannya kita sudah
menulis sejak di bangku SD? Jika seperti itu, mengapa menulis masih susah
dilakukan untuk sebagain besar orang? Menulis disini bukan sekedar dikaitkan
dengan aktivitas tulis-menulis yang sudah sering dilakukan. Menulis adalah
kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis
kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan emoat unsur,
yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan sebagai isi tulisan, medium
tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan (Dr. Mohamad Yunus, M.A.).
Beruntung
banget, tanggal 3 Juli lalu saya berkesempatan mendapatkan pelatihan kapasitas
kepenulisan yang diadakan oleh BKHM Kemdikbudristek. Peserta kali ini berasal dari berbagai
komunitas seperi Sidina Community, PPM, Kami Penagajar, Ibu Pembelajar Indonesia,
Guru Konten Kreator, Moma Kece dan beberapa komunitas lainnya. Para peserta sangat
antusias belajar, meskipun banyak diantara mereka yang sudah terbiasa menulis
sebagai penulis buku ataupun blogger.
Narasumber pertama adalah Ibu Budiana Indrastuti, seorang editor dan juga kepala UI Publishing. Ibu Budiana, yang saya panggil Bubu memberikan materi terkait menulis feature. Feature (baca : ficer) adalah salah satu jenis tulisan jurnalistik berisi perpaduan berita dan opini, dengan gaya bercerita (story telling) mengandung unsur menyentuh (human interest). Sumber disini
Data UNESCO
menunjukkan dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 yang bisa membaca atau 0,001%.
Untuk itulah sangat menantang bagi penulis bagaimana agar tulisannya bisa
dibaca oleh khalayak, terutama setelah melihat data tersebut. Untuk itulah pentingnya
kita mempunyai tulisan yang menarik, namun saran saya untuk pemula jangan
terlalu memperdulikan berapa banyak tulisannya akan dibaca, yang lebih penting
adalah konsisten menulis untuk menambah jam terbang.
Bubu
mengatakan dalam menulis kita harus mempunyai strong why untuk apa kita
menulis? Tentunya banyak alasan yang mendasari. Seperti untuk berbagi informasi
kepada khalayak, mendukung sesuatu/meyakinkan pembaca atau persuasif,
mengekspresikan diri dan juga sebagai hiburan. Kalo untuk saya, kenapa saya
ingin terus menulis adalah karena saya ingin meninggalkan legacy ketika nanti
sudah tidak ada khususnya untuk anak yang nanti akan membaca. Saya ingin
anak-anak melihat apa saja yang saya kerjakan, value apa yang ingin saya
tanamkan kepada mereka. Lebih luas lagi saya berharap apa yang saya tulis,
pembaca bisa mendapatkan manfaat karena saya yakin bahwa tulisan termasuk ke
dalam ilmu yang bermanfaat yang harapannya bisa memberikan “bekal” ketika nanti
kita sudah tiada.
Kembali ke materi, Bubu mengatakan sebagai penulis kita perlu membuat Hook yang menarik. Hook merupakan istilah yang umum digunakan untuk menyebut paragraf awal dalam tulisan yang kita buat. Ia adalah kalimat atau paragraf pembuka yang menggoda pembaca, membuat orang ingin tahu lebih lanjut, menimbulkan rasa penasaran tentang apa yang ditulis oleh penulis dan tentu saja harus memikat. Menurut Bubu, cara jitu membuat hook adalah : tidak panjang, relevan dengan pembaca, menarik, tidak dibuat-buat dan juga konsisten dengan tujuan tulisan.
Menurut Bubu,
tips sederhana untuk memulai menulis untuk yang tidak pernah menulis adakah
gunakan rumus 5W1H (what, when where, who, why dan how). Rumus ini digunakan
untuk menarik pembaca. Teknik menulis yang bisa diterapkan oleh pemula juga
adalah Copy the master. Apa itu copy the master? Copy the master digunakan di
masa lalu saat pelukis ternama perlu mendidik murid-muridnya. Si murid akan
melukis sambil mencontek karya si master. Teknik ini populer untuk melajaran menulis
cerita pendek. Namun pada dasarnya dapat diaplikasikan pada semua tulisan. Namun
teknik ini juga rawan plagiarisme dan ini dilakukan hanya untuk latihan.
Share yuk alasanmu menulis dan tips menulis untuk pemula!
Referensi : Materi peningkatan kapasitas kepenulisan yang di selenggaran oleh BKHM Kemdikbudristek Budianti Indrastuti
0 komentar