Untuk mengembangkan nalar kritis, berikut ada 10 cara
untuk mempraktekkannya :
- Berikan pertanyaan menyelidik : Tanya “mengapa”, “bagaimana”, “bagaimana jika” untuk secara mendalam memahami masalah dan membuktikan asumsi
- Pelajari bukti secara objektif : Analsis relevansi informasi, kredibilitas dan keseimbangan.
- Pertimbangan sudut pandang yang berbeda : berfikir melalui sudut pandang lain yang valid yang mungkin berbeda dari sudut pandang kita
- Identifikasi dan buktikan asumsi : tidak hanya menerima klaim sepihak namun identifikasi dan cari kebenarannya
- Analisis argumen : pecah argumen dan klaim menjadi premis dan kesimpulan, dan cari kesalahan berfikirnya (logical falacy)
- Terapkan analisis yang rasional : buat kesimpulan berdasarkan alasan yang logis dan bukti dibandingkan menggunakan perasaan
- Mencari kejelasan : cari penjelasan dari bagian yang tidak jelas dan hindari asumsi yang ambigu
- Debat dengan hormat : terlibat dalam diskusi dengan mereka yang tidak sependapat dengan tetap memberikan respek
- Refleksikan pemikiran dan keputusan : pertanyakan pemikiran dan kesimpulan untuk menghindari langsung lompat ke kesimpulan
Bagaimana mengajarkan berfikir kritis pada anak
Untuk mengajarkan bernalar kritis pada anak, dorong
mereka untuk menerapkan berfikir lebih dalam dalam setiap situasi yang
membutuhkan pengambilan keputusan dalam kehidpan sehari-hari. Berikut 6 tips
mengajarkan anak bernalar kritis.
- Mulai lebih awal dan jelaskan semua hal : anak kecil sering bertanya banyak hal. Daripada mengatakan, “memang begitu seharusnya,” jawab pertanyaan tersebut sebanyak mungkin sejak dini. Ketika anak diajari dari kecil bagaimana untuk menanyakan pertanyaan yang berbeda dan memformulasikan menggunakan bukti objektif dan analisis logis, mereka akan tumbuh percaya diri dalam kemampuannya mempertanyakan asumsi dan beralasan secara logis daripada menggunakan emosi. Ketika kita tidak bisa menjawab pertanyaan tertentu, kita bisa katakan, “Ini pertanyaan bagus dan saya ingin juga mengetahuinya”
- Prioroitaskan aturan yang beralasan dibandingkan dengan ketaatan semu : disiplin autoriter menghambat bernalar kritis. Hindari menggunakan kata “karena saya mengatakannya seperti itu”. Dorong anak untuk menyelidiki, berdiskusi dan berpartisipasi dalam membuat aturan. Bantu anak untuk memahami alasan dibalik alasan untuk mendorong kemampuan berfikir kritis. Biarkan anak untuk bertanya dan berdiskusi atas legitimasi yang kita katakan.
- Dorong aktivitas penyelesaian masalah/problem sloving : dorong anak untuk menyelesaikan puzzle, bermain games strategy, atau mengambil masalah yang kompleks untuk memberkuat kemampuan analisisnya.
- Dorong rasa penasaran/keingintahuan : bernalar kritis berarti bersedia sudut pandang kita di tantang oleh informasi baru dan perspektif yang berbeda. Keingintahuan atau rasa penasaran mendorong anak untuk mengeksplorasi dan mempertanyakan dunia disekitarnya, mempertanyakan asumsi dan mengarahkan kepada pemahaman yang lebih dalam dari konsep yang lebih kompleks.
- Ajarkan berfikir terbuka : tetap berfikir terbuka dan berfikir fleksibel ketika menghadapi masalah baru sangat penting dalam bernalar kritis. Berikan pandangan lain, penjelasan alternatif atau solusi terhadap masalah. Dorong anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara baru dan menghubungkan ide yang berbeda untuk memperkuat kemampuan bernalar kritisnya.
- Jelaskan perbedaan antara korelasi dan sebab akibat : tantangan terbesar dalam penalaran logis adalah kerancuan antara korelasi dan sebab akibat. Ketika dua hal terjadi bersamaan, mereka berkolerasi, namun itu tidak serta merta salah satu menjadi penyebab hal lainnya. Kita kita tahu apakah itu korelasi atau sebab akibat sampai kita mengetahui informasi untuk membuktikannya.
Terjemahan : 6 Ways to Teach Critical Thinking (parentingforbrain.com)
Share This :
Masya Allah Tabarakallah Ibu Susi 💙💙💙💙💙
BalasHapus